**Normal POV**
Saat itu matahari belum terbit. Seorang
laki-laki dengan tidak nyamannya berguling ke kanan dan kiri di tempat
tidurnya, sangat terlihat jelas bahwa dia sedang mendapat mimpi buruk.
“Uuh... ampun... ampun... tidak...
TIDAAAAAK!”
AU, OC, OOC (semoga nggak terlalu)
disclaimer : SEVENTH HEAVEN adalah milik rejet
T+
**Shion POV**
Aku keluar dari kamar mandi dan masuk ke
kamarku lagi. Sial, kenapa harus mimpi si baka
sensei itu!? Apa gara-gara kemarin aku jadi mangsanya dia? Uh! Flashdisk
milikku masih ada di dia pula! Bagaimana bisa memintanya kembali? Hampir semua
koleksi aku ada disana!
Setelah memakai seragam, aku membawa tas
sekolahku turun ke bawah untuk sarapan. Ayahku sudah dengan asiknya nonton
berita sambil membetulkan letak dasinya, dan ibuku sedang menyeduh kopi hitam
untuk ayahku. Aku menarik kursi dan mulai memakan roti isi daging yang telah
dibuatkan ibuku.
Keluargaku adalah tipe keluarga yang rela bangun lebih pagi agar bisa
menikati waktu sarapan bersama, harmonis bukan? Ayah dan Ibu ku tipe pasangan yang
selalu bermesra-an dimana saja mereka bisa, terkadang aku yang anak mereka saja
merasa menjadi pihak ke-3
disini.
Saat aku baru akan menggigit roti di hadapanku, tiba-tiba...
“Shion-kuuuun... main yuuuuuk...”
Sontak aku dan ayahku berhenti bergerak.
Suara itu...
“Shion-kun, sepertinya kamu sudah dijemput, bawa saja rotinya...” ujar
ibuku sambil menuangkan kopi ke gelas ayahku. “Kasihan kalau Tsurara-chan menunggu lama-lama...”
Aku melihat jam dan... HEI! INI MASIH JAM
ENAM PAGI!!
“Tapi... masih jam segini...” Ujarku
malas sambil mengigit roti isi dagingku lagi. “Dia pasti senang dibiarkan menunggu dingin-dinginan diluar...”
“Shion-kuun... main yuuuuuuk....” Tsurara-chan berteriak lagi dari luar.
“Hush!
Shion! Dia itu temanmu kan? Berangkat sana! Biasanya kalau kamu tidak berangkat
bareng Tsurara, kamu telat terus kan?”
Ayahku mengomel asal-asalan.
“Iya... iya...” Aku meneguk segelas susu
yang masih dingin kulkas itu. Kemudian mengambil sisa roti dan tas sekolahku,
lalu melesat keluar. “Ittekimasu...”
“Itterashai...”
Ujar kedua orangtuaku barengan.
Aku keluar rumah dan mendapati Tsurara-chan yang menyender di pagar rumahku
sambil menyeruput sekotak susu, ditelinganya sudah terpasang earphone terkasihnya.
“Shion-kuuuuun... main yuuuuuuk...”
Astaga, orang ini tidak sadar kalau aku sudah
keluar? Niat jahatku muncul, aku membuka kunci pagar diam-diam, lalu membuka
pagar dengan tiba-tiba. Tsurara-chan yang
tidak sempat berpegangan, jatuh dengan nistanya.
“KYAAAAH!”
BRUKK
PLAKK
“AAAAAAH!” Aku berteriak ketika roti
isiku juga terjatuh gara-gara tersenggol tangan Tsurara-chan.
“Ittai...”
Tsurara-chan memegangi pinggangnya
kesakitan.
“Oi! Baka!
Roti isi aku jatoh nih!” Aku mencercanya sambil menunjuk roti isi dagingku yang
sudah tergeletak dengan nistanya di rumput.
Tsurara-chan malah menatapku kesal. Eh? Pansunya
kelihatan. Putih.
“Salahmu yang mulai duluan!” Dia berdiri
dan menepuk-nepuk roknya untuk membersihkannya dari debu.
“Baka,
enak saja... kalau kamu tidak datang sepagi ini dan membuatku berangkat awal,
ini tidak akan terjadi tahu...” Ujarku membela diri. “Ayo, berangkat sekarang!
Nanti di sekolah belikan aku yakisoba pan
lho!”
“ENAK SAJA!” Tsurara-chan melempar kotak susunya yang kosong ke arahku.
“Oi!”
Yak, perempuan bermodel rambut twintails tanggung ini merupakan teman
kecilku. Kami memang sudah tetanggaan dari semenjak orangtua Tsurara-chan pindah ke daerah ini, mereka pindah
saat kami belum lahir. Kata ibuku begitu. Dari dulu kami sering berangkat sekolah bareng, kecuali waktu SMP, karena kami beda sekolah. Saat kami
memasuki SD, entah kenapa Tsurara-chan
sering sekali dibully. Saat itu
selalu aku yang menolongnya, kasihan juga kalau dipikir-pikir.
Bayangkan saja, dia selalu menanggung tugas piket teman sekelas, selalu
menjadi tumbal kalau guru meminta tolong, bahkan tisak jarang
beberapa anak meminta dia mengerjakan tugasnya. Well, akibatnya sekarang dia menjadi do-M begini.
Tidak terasa aku sudah
sampai di sekolah. Benar saja, sekolah masih sepi seperti ini. Aku melihat jam
besar yang ada di depan gedung sekolah, jarum jam masih menunjukkan pukul enam
lewat dua puluh. Masih banyak waktu menunggu bel masuk berbunyi.
Sekolah kami memulai jam pelajaran pukul 8 pagi. Ah, sial sekali mengikuti
waktu anak ini ke sekolah, seharusnya tadi aku masih bisa bersantai di rumah.
“Nee, nee... Shion-kun~ kenapa wajahmu kusut begitu?” Dia bertanya dengan senyum polosnya.
“Ah, baka! Ini semua karena
ulahmu. Lihatkan sekolah masih belum ada penghuninya begini...”
“Hahahaha, gomenne. Tapi jalan
pagi-pagi ke sekolah seperti ini bukannya menyenangkan yah? Udaranya terasa
lebih segar dibanding berangkat lebih siang seperti biasanya...”
“Yah, terserah kau sajalah.” Aku memutar mataku, entah mengapa aku mau saja
ikut berangkat bersama dia pagi ini.
“Nee Shion-kun, kurasa sebelum kita datang sudah ada orang lain yang sampai
duluan...” dia kembali bicara dengan wajah polosnya.
“Yang sampai duluan? Siapa? Penjaga sekolah?” aku menjawab seadanya.
Entah mengapa tiba-tiba tersirat di pikiranku soal guru kehijauan itu.
Entah kalau dia mungkin saja sudah datang duluan ke sekolah. Habisnya kalau
murid sih, kurasa tidak ada
yang lebih do-M dibanding Tsurara-chan, mana mungkin rela ke sekolah satu
setengah jam sebelum jam masuk? Bahkan kalau bisa, datang ke sekolah bertepatan
dengan bell masuk berbunyi.
“Tsuracchi~~”
Suara itu berasal dari lantai 3 gedung utama sekolah. Aku mengecek asal
sumber suara itu dan mendapatkan sosok gadis dengan potongan rambut pendek yang
melambai-lambaikan tangannya ke arah kami.
Aku mengenali gadis itu, dia adalah Yukimura Niwako teman dekat Tsurara-chan. Reputasinya di sekolah ini cukup
baik, bahkan banyak dari teman-temanku yang menanyakan dia padaku. Aku berpikir
sejenak, kira-kira apa yang membuatnya menarik begitu? Memang sih wajahnya lumayan kawaii, tapi badannya pendek begitu... rata lagi! Aku tidak mengerti kenapa wabah loli semakin menjamur
sekarang ini? Kalau aku... lebih suka oppai daripada chibi
pettan seperti itu.
“Shion-kun... kenapa kau
mimisan?” Suara Tsurara-chan mengaketkan ku.
“Ah?” Aku memegang
hidungku. “ AREEEEEE??!!!!!!!!!!!!!!”
“Ini pakai ini!” Tsurara-chan memberikan sapu tangan bermotif polkadot kepadaku. Eh? Sejak kapan dia suka motif seperti ini?
“Kau tidak apa-apa Shion-kun? Lebih
baik kau ke UKS sekarang...”
“A... aku tidak apa-apa.” Aku berkata sambil mengelap mimisanku. Ini reaksi
yang biasa keluar saat pikiranku mulai berpikir aneh-aneh. Tidak mungkin aku ke
UKS hanya gara-gara pikiran
liarku kan? Lagipula petugas kesehatan pasti belum ada yang datang jam segini.
“Aku lebih baik bergegas ke kelasku saja, jaa
ne Tsurara-chan.”
Aku pergi meninggalkan temanku itu, sebelumnya aku mengalihkan pandanganku
ke atas dan mendapati Yukimura sedang memegang suatu benda kotak dan diarahkan kepadaku. Entah apa yang
dia pegang itu.
Aku sampai di kelasku, dan benar saja kelasku masih sepi begini. Aku beranjak
menuju bangku-ku yang berada di posisi pojok belakang dan dekat dengan jendela,
kursi orang penting. Syukurlah
mimisan-ku sudah berhenti. Aku benci dengan hidung sensitifku ini, bisa saja
mimisan disaat seperti itu. Hanya gara-gara memikirkan soal oppai
saja sudah seperti itu, hidungku ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi
sepertinya. Reputasiku
sebagai Ero Prince di sekolah ini
hampir saja sempurna, kalau
saja julukan God of Nosebleed tidak
disandingkan juga kepada diriku.
Bosan melamun seperti ini, aku mengambil inisiatif untuk mengecek handphone ku. Daripada diam disini, lebih baik aku browsing
sebentar mencari gambar yang “bagus” di handphone ku. Setidaknya ini
bisa mengurangi rasa kesepianku semenjak flashdisk-ku
menghilang. Padahal disana banyak foto para siswi sekolah ini yang susah payah
aku dapatkan, bahkan disana ada foto yang aku ambil dari ruang ganti putri. Menyebalkan~~
kenapa baka sensei itu tidak memberikan flashdisk ku setelah
menghukumku seperti itu??!!
Satu persatu teman ku ternyata sudah datang, aku mengecek jam yang ada di handphone ku, dan ternyata sudah pukul setengah 8. Waktu cepat juga
berlalu. Aku mengecek beberapa foto hasil download ku dan ternyata
sudah cukup banyak, lumayan untuk bahan pelepas sedih gara-gara flashdisk ku masih ditawan.
“Akamatsu!” Salah satu teman laki-laki ku mendekat dan
mengambil kursi di sebelahku. Wajahnya sukebe
sekali. “Bagaimana? Sudah dapat foto pesananku belum?” dia berbisik.
“Um, fotonya Muratani dari kelas 3-1? Itu sih sudah ada. Hanya saja... ” aku menjawabnya ragu-ragu.
“Mana sini, aku mau lihat!”
“Etto... masalahnya adalah flashdisk
tempat aku menyimpan fotonya ditawan oleh Myou-sensei...”
“He??!!! Flashdisk mu ditawan Myou-sensei??!! Gawat sekali! Kenapa bisa sampai
seperti itu?!” Temanku yang
memiliki wajah sukebe ini tersentak, hingga membuat beberapa siswa yang ada di
kelasku ikut tertarik menyimak dan mengerubuti ku.
“He? Yang benar Akamatsu?!!”
“Kok bisa?!!”
“Oh tidak! aku belum
minta semua koleksi foto Yukimura!”
Tidak disangka murid seklasku sudah mengerubutiku. Kelasku, 2-4 adalah
kelas yang memiliki mayoritas murid laki-laki di kelasnya. Murid wanita di
kelas ini hanya 4 orang, dan
mereka biasanya memilih untuk berada di kelas hanya saat jam pelajaran saja.
Mungkin mereka takut kepada penghuni kelas ini, semuanya memiliki tampang sukebe.
Bahkan sebagian besar kelas kami adalah JONES yang entah kapan bakal
memiliki kekasih, kalau melihat cewek
bening sedikit main ke kelas, langsung wajahnya berubah seperti ikan yang megap-megap mencari oksigen.
Tentu saja aku yang keren ini tidak masuk ke dalam hitungan. Para perempuan di sekolah ini sangat
mengagumi ketampananku, hanya saja… tidak ada satupun dari mereka yang berani
mengungkapkan itu langsung padaku. Mungkin karena aku terlalu keren? Yah,
setidaknya itu yang dari dulu aku yakini.
“Lalu bagaimana ini Akamatsu?
Bahan kita berkurang dong?!!”
“Tenang... tenang... aku sudah mencetak beberapa foto yang ada di flashdisk ku.”
“Hee?!! Yang benar??!!” mereka bertanya berbarengan.
“Iya, nanti saja kita transaksinya, sekarang sudah mau masuk.” Aku menjawab dengan berusaha sekeren
mungkin. Aku tahu mereka
tidak akan bisa hidup tanpa asupan
nutrisi(?) dariku.
“SASUGA ERO-SAMA!!” seluruh murid yang disana menjawab berbarengan lagi
sambil meninju udara ke atas.
“Kalian ingin transaksi
apa?”
Eh? suara itu muncul dari belakang rombongan massa kelas. Entah mengapa aku
memiliki firasat buruk.
“E...etto... Aku bisa jelaskan kok... Brown-sensei...” Sepertinya mata pelajaran matematika kali ini akan berjalan sangat panjaaaaaang.
TENG
TENG TENG
Yosh!
Akhirnya istirahat juga! Aku lapaaaar! Ini semua gara-gara Tsurara-chan menjatuhkan sarapanku, aku jadi tidak
bisa konsentrasi belajar, jadi tadi aku dimarahin Brown-sensei itu semua salah
Tsurara-chan! Aku tidak membawa bento juga gara-gara
Tsurara-chan menyuruh aku berangkat
pagi! Ibuku pasti tidak sempat menyiapkan bento
untukku... atau... memang tadi tidak dibuatkan ya?
Aku pergi keluar kelas dan langsung
berjalan ke arah kelas Tsurara-chan,
aku akan menyabotase bento nya kali ini.
Awas saja. Lagipula ini semua salahnya.
Tepat ketika aku baru akan masuk, aku
melihat Tsurara-chan keluar dari
kelas sambil membawa buku yang cukup banyak dari pintu yang satunya. Aku
langsung mengejarnya.
“Tsurara-chaaan!”
Dia masih berjalan lurus. Sial, pasti
anak itu sedang mendengarkan drama cd lagi! Aku langsung menarik earphone itu dari telinganya.
“Ah!” Sontak Tsurara-chan langsung menoleh kaget ke arahku. “Shion-kun! Ngapain sih? Tidak lihat kalau aku lagi sibuk?” Jawabnya bete, sepertinya bete gara-gara earphone
nya dilepas dan tidak bisa memasang earphone
nya ke telinga dia lagi, karena tangannya penuh dengan buku.
“Habisnya, kamu aku panggil tidak sadar...”
Tsurara-chan menatapku sinis, kemudian berjalan meninggalkanku, aku
mengejarnya lagi.
“Tidak makan?” Aku bertanya demi perutku.
“Nanti saja, habis membawa ini buku
anak-anak kelas ke ruang guru.”
Entah kenapa meihat Tsurara-chan yang membawa buku anak-anak
sekelasnya itu, aku tidak kasihan. Lagipula kalau dibantu, dia pasti semakin ngamuk.
“Kamu tuh
ya, kenapa betah banget jadi do-M
begini sih?”
“Jadi do-M
banyak untungnya tahu...” Tsurara-chan
mulai tersenyum mistik. “Aku jadi tahan dalam menghadapi semua cobaan dan
tekanan... bagus kan? Jadi jarang stress? Fufufufu...” Ujarnya dengan nada
bangga.
Keluar juga ekspresi aslinya, kalau sudah
membiicarakan yang begini, pasti wajahnya langsung berubah. Yang tadinya dia memasang
ekspresi cool dan normal, mendadak
jadi mistik.
“Ya do-M
sih do-M... tapi jangan mau
dimanfaatin temen sekelas juga lah...”
“Aku tidak dimanfaatkan, aku yang mau
kok...” Dia tersenyum mistik lagi.
“Dasar baka do-M!” Aku menjitak kepalanya dengan agak keras, habis aku
lapar.
“Bullying
merupakan tindakan yang dilarang keras di sekolah ini.” Suara itu berasal dari
belakang kami... dan rasanya aku kenal...
Kami menengok ke arah belakang, dan benar
saja! Ternyata si guru kehijauan itu! Dia menatapku dengan senyuman yang
mengerikan, ini gawat...
“Ah... sensei... ano... itu... tadi ada nyamuk di kepalanya, jadi aku
tepuk...” Ujarku ngasal.
“Begitu... sepertinya nyamuk itu bisa
meminum darah dari kulit kepala yang tertutup rambut ya? Fufufu...” Guru hijau
itu sepertinya sedang mencari-cari kesalahanku lagi, gawat.
“Sensei,
tidak apa-apa kok! Tadi memang sepertinya ada nyamuk... aku memintanya menepuk
nyamuk itu karena tanganku penuh...” Tsurara-chan tiba-tiba membelaku, ah... tumben sekali.
“Begitu? Baiklah...” Guru kehijauan itu
beralih kepadaku. “Lalu kamu, akatama-kun,
apa kamu masih berminat untuk memiliki flashdisk
milikmu?” Tanyanya sambil menatapku dengan tatapan merendahkan.
“Tentu saja sensei!” Aku memberanikan diriku untuk menjawab, masa’ Shion-sama ini tidak bisa melawan guru hijau nista macam dia??
“Kalau begitu, kau kerjakan semua soal di
buku tugas dari BAB I sampai ke BAB III. Besok kelas 2-4 ada jam pelajaran
kimia pada jam terakhir kan? Berikan padaku saat itu...”
YANG BENAR SAJA! bahkan buku tugas itu
belum kukeluarkan lagi dari lemari sejak pertama mendapatkannya!
“Bagaimana jawabanmu? Akatama-kun?” Tatapan guru kehijauan itu
mendadak langsung terasa mengerikan.
“Baik... sensei...” Aku mengangguk pelan. Oke, karena Shion-sama ini belum makan... jadi wajar kalau
tidak bisa protes.
“Fufufufu... jawaban yang bagus...” Guru
kehijauan itu kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan.
Eh? Itu seperti sapu tangan yang biasa
digunakan Tsurara-chan.
“Ini, kukembalikan... terimakasih ya...
kau murid dari Mint bukan? siapa namamu?” Tanya guru kehijauan itu pada
Tsurara-chan sambil tersenyum.
EEEH???? Jadi itu saputangan milik
Tsurara-chan?? Apa ini? Ada apa ini?
Apa yang terjadi diantara mereka??? Saputangan... saputangan itu fungsinya
untuk mengelap... Tunggu, aku harus menghentikan pikiran sukebe ku ini, keadaan bisa lebih parah kalau aku tiba-tiba mimisan
disini.
“Mu...murasaki Tsurara... to moushimasu...” Tsurara-chan
menjawab sambil menghindari tatapan dari guru kehijauan itu, tapi jelas sekali
kalau dia sedang menahan senyuman mistiknya itu.
“Murasaki Tsurara ya...” Guru kehijauan
itu sepertinya baru menyadari kalau Tsurara-chan
tangannya penuh dan tidak bisa mengambil sapu tangan yang disodorkan itu.
Dia meletakkan sapu tangan itu di kepala
Tsurara-chan, lalu menunduk untuk
menatap lurus Tsurara-chan. HEI HEI!
APA INI???
“Sapu tangan milikmu, sudah kucuci...”
Ujar guru kehijauan itu sambil tersenyum dengan seramnya.
Aku bisa melihat wajah Tsurara-chan yang mendadak blushing. Kemudian,
guru kehijauan itu pergi meninggalkan kami.
“TSURARA-CHAAAAN... CERITAAAA!!” Aku langsung memegang kedua bahunya dan berteriak
dengan tidak santai.
“Hah? Cerita apaan? Hehe...” Anak ini, sepertinya
otaknya langsung konslet.
Aku mengambil sapu tangan di kepala
Tsurara-chan, dan langsung
mengendusnya hati-hati. Hm... sudah wangi pelembut. Sial, aku jadi tidak tahu
sapu tangan ini digunakan untuk apa.
“Itu... sudah dicuci beneran ya?”
Tsurara-chan bertanya padaku, wajahnya terlihat kecewa.
“Iya, sudah wangi begini...” Aku
menempelkan sapu tangan itu ke wajah Tsurara-chan, lalu menaruhnya di atas buku-buku yang dia bawa. “Terus...
kenapa sapu tangan punya kamu ada di Myou-sensei?”
Tsurara-chan menceritakan insiden yang
terjadi kemarin, aku juga menceritakan insiden yang kualami kemarin di lab. Dia
mentertawakanku, sial.
Setelah sampai di ruang guru, Tsurara-chan masuk untuk menaruh buku-buku itu.
Aku menunggu diluar, malas banget
kalau harus mendapat tatapan sinis dari guru-guru didalam.
Tunggu dulu. Aku kan nyamperin dia untuk menyabotase bento nya dia? Kenapa aku malah ikut dia ke ruang guru begini?
“Yosh~!
Kelar~!” Tsurara-chan melakukan scretching begitu dia keluar dari ruang
guru, dan menghampiriku. “Yuk ke kantin!”
“Hah? Kamu nggak bawa bento?” Tanyaku.
“Bawa kok... kamu pasti belum makan kan?
Mau aku traktir makan nggak?” Tsurara-chan bertanya dengan polosnya.
“Beneran?” Aku bertanya dengan tidak
percaya, kesambet apa dia?
“Yah, habisnya... kamu tidak mungkin mendatangi
aku kalau tidak ada maunya kan?” Tsurara-chan
berkata dengan nada merendahkan.
Sebenarnya aku terharu dengan
kata-katanya, tapi nada bicaranya menyebalkan. Aku bersyukur perasaan yang
muncul saat itu hanya sekedar cinta monyet.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam lalu, tetapi aku masih terjebak di sekolah ini.
Hari ini aku ada perkumpulan bersama murid-murid JONES. Biasanya dalam rapat
kami, kami memberikan peringkat gadis sesuai tema yang kita bicarakan pada saat
itu. Tentu saja para JONES tersebut tidak akan memberikan peringkat seenak mereka sebelum meminta persetujuanku
dariku terlebih dahulu.
Hanya saja pertemuan kali ini aku percepat karena aku harus memikirkan
nasib tugas kimia ku, jadi kami tidak memeberikan peringkat untuk para sisiwi di sekolah ini. Lagi pula
sekarang aku tidak minat melanjutkan rapat lebih lama, entah mengapa isi di
otakku semuanya hijau.
Aku segera membereskan barang-barangku dan secepat mungkin meninggalkan ruang
rapat. Sialan Myou-sensei, dia bisa
saja merusak mood seseorang dengan meninggalkan
bayang-bayang wajahnya dan cengiran
absurnya di otak briliant ku.
“HAH?! JAWABAN MACAM APA
INI?!!!”
Eh, suara siapa itu? Kenapa terdengar seperti suara sensei yang memarahi muridnya? Bukannya sekarang udah waktunya
pulang yah? Sial banget pasti murid itu, masih dimarahin saat sudah jam pulang sekolah begini.
Ah, aku penasaran siapa murid sial itu. Akupun mengambil inisiatif
mengintip sedikit ke ruangan asal suara itu terdengar. Kelas 2-3? Kelasnya Tsurara-chan kan?
“KAU TIDAK MEMPERHATIKAN PENJELASAN KU SEBELUMNYA? AKU BARU SAJA
MENJELASKAN SOAL YANG SAMA PERSIS DENGAN SOAL
INI!”
“Go... gomennasai...”
“COBA CEK CATATANMU!”
Ternyata itu suaranya Brown-sensei, dan murid yang sedang dimarahi adalah
Kihorazu Ranze. Jadi dia hanya sendirian disini mengikuti kelas tambahan?
Untung aku masuk kelas 2-4…
kalau tidak, nasib ku bisa sama sengan Kihorazu.
Ngomong-ngomong Brown-sensei itu
mengerikan sekali kalau sudah marah. Jadi ingat kejadian penyitaan flashdisk ku
saat Brown-sensei memarahi Myou-sensei.
Sial banget aku terjebak dalam pertengakaran seperti itu.
“SIAPA YANG SURUH KAU TIDUR HAH?!!”
Ah kasihan, sepertinya Kihorazu
tidak akan pulang dengan mudah hari ini. Lebih baik aku
pulang saja, daripada nanti aku juga dipaksa sama Brown-sensei untuk ikut Kihorazu di
kelas tambahan mengerikan tersebut.
Lagipula masalah dengan Myou-sensei
saja sudah cukup. Cukup Kihorazu saja yang jadi murid kesayangannya Brown-sensei. Jangan sampe aku ketularan. Amin.
Akhirnya aku sampai di rumah dan segera menuju kamarku untuk mengganti
pakaianku dengan kaos dan celana yang paling adem. Entah mengapa rasanya panas banget, mungkin musim semi sudah mau berakhir ya? Perutku sudah
lapar lagi, dan orangtuaku masih belum menampakan keberadaannya.
“Ah, membosankan!”
Aku memilih untuk menyalakan PC di kamarku, dan mulai browsing gambar dan video yang ‘bagus’. Sial, aku harus mendownload lagi data-data pentingku gara-gara flashdisk kesayanganku disita.
Flashdisk... AAAARRGHH! Kimia... tugas... siapa yang
kira-kira sudah mengerjakannya ya?
Aku melihat ke luar jendela kamarku dan
melihat dinding tetanggaku, lebih tepatnya dinding rumah Tsurara-chan.
. . .
AH! IYA JUGA! Dia pasti sudah selesai mengerjakannya!
Dia sih, pasti semua soal di buku tugas
sudah diselesaikan walau belum
disuruh para sensei. Biasa, dia itu tipe sakit-sakit dulu senang-senang kemudian. Ah,
maksudku do-M. Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang macam dia. Setidaknya dia teman yang bisa
diandalkan pada saat begini.
Tanpa pikir panjang aku
langsung melesat ke rumah Tsurara-chan.
Alhasil, sampailah aku di depan rumah Tsurara-chan. Aku asal membuka pintu pagar dan masuk ke dalam. Aku sudah
biasa melakukan ini. Paman dan Bibi juga udah biasa melihat kelakuanku yang seperti
ini.
“Ojamashimaaaasu...” Teriakku.
Hmm... wangi kroket... sepertinya aku bisa mendapat rejeki nih. Aku langsung nyelonong ke dapur. Ternyata ibunya Tsurara-chan sedang menggoreng kroket. Setelah
menyapa dan basa-basi sedikit, aku diberikan juga kroketnya.
“Tumben datang kesini? Tidak mungkin hanya
untuk minta kroket saja kan?” bibi bertanya sambil membalik kroket di
penggorengannya.
“Ini... mau... minta diajarin kimia...
hehehehe...” aku menjawab sekenanya. Memang itu sih
alasan awal aku ke sini. “Bibi, itu masaknya banyak banget, mau ada
acara?” Tanyaku.
“Ah tidak, Tsurara-chan membawa teman. Sekarang
lagi di kamarnya. Namanya Yukimura
kalau tidak salah... Shion-kun kenal juga?”
Yukimura? Si chibi itu? Buat apa dia ke rumah Tsurara-chan?
“Oke deh, aku keatas dulu, makasih kroketnya ya!”
Aku langsung lari ke lantai atas, tempat
kamarnya Tsurara-chan. Hm... aku
penasaran mereka sedang apa. Aku menempelkan telingaku ke pintu kamar Tsurara-chan.
“Lagi! Lagi!” Itu seperti suaranya
Tsurara-chan.
“Sabar sih! Nih...” Yang itu baru
suaranya Yukimura.
“Kyaaa~~!”
Ini... mencurigakan... aku penasaran
mereka sedang apa... pintunya dikunci tidak ya?
“Nanti aku kasih lagi! Tapi minta minum
dulu! Hauuuus!”
Itu Yukimura teriak besar sekali. Eh?
Jangan-jangan mereka akan keluar? Aku langsung bersembunyi cepat-cepat
dibelakang lemari pajangan. Benar saja, Tsurara-chan keluar, tapi dia keluar
sendiri tanpa menutup pintunya.
Berarti Yukimura masih di dalam? Aku
mengintip dari luar, Yukimura membelakangi arahku. Dia terlihat sedang
memegangi beberapa foto sambil tertawa kecil.
Dengan hati-hati, aku masuk ke dalam
kamar. Niatku nggak buruk kok! Aku hanya ingin tahu tadi mereka sedang apa.
Diam-diam aku mengintip dan melihat foto-foto yang dia pegang. Tunggu... itu kan seperti... Oguro-sensei... tapi...
“KENAPA TOPLESS???!” Teriakku
kelepasan.
“KYAAAAAA!!!” dia ikut teriak.
Yukimura dengan cepat dan sigap
membereskan dan menyembunyikan semua foto-foto yang berserakan itu.
“Ka... kau!! Kenapa kau ada di sini hah?!!” dia menjawabku, atau lebih tepatnya
membalikan petanyaanku.
“Heh? Kenapa aku disini? Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau disini? Baka!” Aku menjawab pertanyaannya. “Hei. Kau belum
menjawab pertanyaanku! Itu tadi Oguro-sensei
kan? Kenapa topless begitu?”
“Bu... bukan! Kau salah lihat!” Dia menjawab sambil membalikan wajahnya. Aku tahu pasti dia bohong. “La... Lagipula memang
apa salahnya kalau topless begitu?”
“Tentu saja salah! Kau dapat foto begitu dari mana? Jangan bilang...”
“A... apa?” Dia membalikan
pertanyaanku. Berarti dia menantang analisa ku, eh?
“Kau itu mengoleksi semua foto cowok di sekolah kan? Pasti diantara
koleksimu yang paling berharga itu adalah foto diriku! Pasti kau juga menyimpan
fotoku saat topless, atau jangan-jangan
kau juga menyimpan fotoku saat full na-”
BUAAAKK
“......” aku tidak bisa
berkata-kata lagi.
Astaga tadi siapa yang menonjok perutku? Rasanya tadi seperti baru saja diserang oleh om-om berewokan
tukang jagal sapi (?). Saking sakitnya, aku tidak bisa
menggerakan tubuhku, dan
hanya bisa terkapar di depan pintu kamar Tsurara-chan dengan posisi tidak elit.
“Kau terlalu banyak bicara Akamatsu-kun.
Terlalu banyak.” Dia angkat bicara. Wajahnya sekarang terlihat sangat
menakutkan, dengan aura hitam di sekelilingnya. Ko... kowaii...
“Nicchi~~ aku bawakan minumannya...” Aku mendengar Tsurara-chan. Akhirnya dia datang juga. Tsurara-chan... tatsukette... “Ara? Shion-kun? Kenapa kau ada di sini?”
“Dia tadi masuk secara tiba-tiba, Nicchi kira dia maling. Jadi Nicchi pukul
saja dia.”
Gadis om-om itu menjelaskan kejadian yang HANYA ADA di imajinasinya kepada Tsurara-chan dengan wajah yang tenang
tanpa dosa. Tsurara-chan... temanmu itu orang macam apa sih?
Seandainya aku bisa bicara. Sial, perutku sakit sekali.
“Shion-kun? Kau tidak apa-apa?
Wajahmu pucat. Fufufufu...” Tsurara-chan
akhirnya menyadarinya.
A... apa-apaan ketawanya itu?!!!
“Tsuracchi, mungkin dia lelah. Yasudah biarkanlah dia terkapar disitu.”
Ucap gadis menakutkan itu dengan senyuman yang terlihat sangat polos.
“Ba... baiklah...” Tsurara-chan
melangkahi tubuhku begitu saja dan memberikan minuman yang dipesan oleh gadis
menakutkan itu. “Kalau sudah tidak haus lagi, kita ke bawah yuk. Ibuku sudah menyiapkan makanan.”
“Eh? Beneran?!! Baiklah, tunggu sebentar!!” Wajahnya sekarang berubah menjadi super bahagia sambil meneguk jus yang dibawakan Tsurara-chan dengan lahap dan sehat.
Mereka berdua, apakah
mereka melupakan keberadaanku yang keren ini di depan mereka?
“ITADAKIMAAAASU!!!”
Aku melahap makanan yang ada di hadapanku. Makanan buatan Bibi memang enak, apalagi perutku sangat lapar saat ini.
Aku mengambil dengan semangat kroket yang diletakan di tengah-tengah meja
makan.
Tidak sopan? Biarin! Aku sudah biasa
melakukan hal ini dari kecil, orang tua Tsurara-chan sudah terbiasa melihat kebiasaanku ini, orang tuaku juga sudah
biasa menghadapi sikap Tsurara-chan yang pasrahan itu. Errr… do-M maksudku.
“Seperti biasa yah Shion-kun
makannya lahap sekali. Seandainya Tsurara-chan
juga bisa sepertimu. Dia itu mau apa-apa sepertinya pasrah melulu. Hahahaha…”
Bibi bicara hal tersebut sambil tertawa. Ketauhilah Bibi, anakmu itu bukan
pasrah melakukan sesuatu. Dia itu senang kalau harus ditindas oleh orang lain.
Anakmu itu do-M!
“Bibi, makanannya enak
sekali!” Suara itu berasal
dari sebelah Tsurara-chan.
Oh iya, aku lupa kalau kita kedatangan tamu seorang lagi.
“Betulkah? Kalau begitu makanlah jangan malu-malu Yukimura-chan.”
“Panggil Nicchi saja Bibi. Ngomong-ngomong aku akan menghabiskan semuanya kalau
diperbolehkan begini. Hehehe...”
“E... enak saja! Kau kira ini makanan buatmu saja hah? Dasar monster!”
CTAAAAK
“AWWWWW!!!!” Aku memegangi pelipis mataku. Gila, apa tadi yang melayang di
depan wajahku hah?!!! Sumpit gitu? Astaga di bawah kakiku sudah ada
sebuah sumpit kayu yang terbelah 2.
“Shion-kun kamu gapapa?” Tsurara-chan bertanya sambil melahap kroket yang dipegangnya.
“Ngomong-ngomong sejak kapan Bibi bertetangga dengan keluarga Akamatsu?
Sepertinya Tsuracchi dekat sekali dengan Akamatsu-kun...” gadis itu seperti tidak terjadi apa-apa, memulai topik
pembicaraan yang baru. “Atau mungkin Akamatsu-kun dan Tsuracchi itu dijodohin yah dari kecil?”
“ENAK SAJA!!!” Aku dan Tsurara-chan
membantah itu berbarengan.
Lagipula aku mana mau dengan do-M macam dia, lagi pula dia tidak ber-oppai. Okay, walau tidak se-pettan
si Yukimura ini sih.
“Dijodohkan yah? Sayangnya tidak. Hahahaha...” bibi kembali tertawa. Syukurlah dia juga bilang tidak. “Tapi Bibi
jadi teringat saat kejadian Tsurara-chan dan Shion-kun kelas 1 SD...”
Heh? Kejadian kelas 1 SD... Ja... jangan bilang Bibi mau menceritakan soal...
“Bibi masih ingat waktu itu saat jam pulang sekolah, tidak seperti biasanya
Tsurara-chan pulang kerumah dengan menangis.”
“I... ibu... sudah ah... i... itu memalukan...” Tsurara-chan berusaha untuk menghentikan ibunya,
tapi kenapa wajahnya tersenyum nista seperti itu?
“Hahahaha, namannya juga anak SD, jadi tidak apa-apa... Iya kan, Shion-kun?”
“.....” aku tidak bisa menjawab, gadis monster itu mempelototiku dari jauh.
Aku tidak ingin mendapat serangan susulan.
“Jadi karena Bibi penasaran, bibi tanya saja dia kenapa...” dia melanjutkan
cerianya. Rasanya saat itu aku ingin sekali pergi dari ruangan ini,
meninggalkan kroket-kroket ini begitu saja. “Tsurara menjawab ‘Shion-kun menyuruh Tsurara menjadi istrinya dan punya
anak, tapi Tsurara takut sama rambut
merahnya Shion-kun. Jadi Tsurara bilang tidak mau. Eh, Shion-kun malah mengatai
Tsurara jelek. Ibuuuu, Shion-kun
jahaaaaaaaat’ dan Tsurara-chan masih
tetap menangis dengan derasnya saat itu. Kalau diingat-ingat lucu sekali saat
itu. Hahahahahahaha…”
Ruang makan hanya dipenuhi oleh suara tertawanya Bibi. Suasana entah
mengapa menjadi sunyi seketika. Tsurara-chan dan gadis monster
itu menatap aneh ke hadapanku.
“Ara? Apakah ceritaku tidak lucu?” Bibi akhirnya menghentikan tertawanya.
“Dasar cabul.” Ujar
Yukimura.
Aku akhirnya kembali ke rumahku. Ternyata orang tuaku sudah kembali dari
kantornya. Aku menuju kamarku, ini sudah menjadi kebiasaanku. Mereka pasti tahu kalau aku habis main ke rumah Tsurara-chan untuk meminta makan malam.
Ah, aku lupa minta bantuan Tsurara-chan soal tugas kimiaku! Sial! Gara-gara gadis menakutkan itu, semua rencanaku hancur berantakan.
Lalu bagaimana nasib flashdisk ku? Aku sudah kekeringan gara-gara tidak ada bahan
yang bisa aku nikmati. Sial!! Ayo Shion-sama! Kau orang yang cerdas,
pasti ada cara mengatasi hal ini!
Aku melirik sedikit ke arah komputerku, aku memutuskan untuk
menghidupkannya, siapa tahu
aku bisa mendapatkan bahan untuk mengerjakan tugas-tugasku kan? Aku segera
membuka browser di komputer-ku dan
menghubungkan ke situs pencarian.
Ah... sepertinya sebelum mencari materi tugas, lebih baik cuci mata sedikit
kan? Ini masih jam 8 malam, sejam mencari bahan agar otakku tidak kekeringan
gara-gara diserap terus oleh sensei hijau itu tidak akan membuang waktu terlalu
banyak, eh?
Aku melirik jam yang ada di dinding kamarku. Astaga! Jam sudah menunjukkan
pukul 11 malam. Aku mau tidak mau harus segera tidur. Dari pada besok aku dihukum gara-gara terlamabat! Lalu bagaimana soal tugasku?!! Sial! Gara-gara download video HD jadinya waktuku
terbuang banyak, waktu ditonton ternyata isinya “biasa” aja.
Sial! Ayo Shion-sama cari akal! Ah~ Kenapa nasib begitu hanya
menimpa flashdisk ku yah? Kenapa tidak menyerang yang lain saja,
padahal flashdisk ku itu isinya
“dewa” banget, lagipula anak-anak
satu sekolah akan kehabisan bahan kalau flashdisk
ku hilang!
Aku membuka buku tugas kimia. Ternyata ada 20 halaman yang harus aku kerjakan, dan semuanya itu soal. Sial! Apa-apaan itu
hah?!!! Kalau begini sih, mau si Aouji yang ngerjain-pun tidak akan bisa menyelesaikannya dalam satu malam.
Myou-sensei itu memberikan soal kelewatan amat ya?! Memangnya otakku ini otak berapa orang
hah?!! Eh... tu...tunggu... otak berapa orang yah... ? Kalau dipikir-pikir flashdisk ku yang hilang itu kan bukan
hanya aku saja yang merasa kehilangan, anak-anak cowok satu sekolah hampir semuanya juga merasa kehilangan.
Astaga! Kenapa aku tidak
kepikiran meminta bantuan
para JONES itu untuk ngerjainnya yah? Ah iya! Lebih baik aku menghubungi mereka
semua!
Setelah menghubungi mereka semua, entah mengapa mataku seperti tidak bisa
dipaksa untuk terbuka lagi. Ini sudah terlalu ngantuk. Sepertinya sudah waktuku untuk tidur. Aku segera mematikan
komputerku dan membuang buku tugasku jauh-jauh lalu berlari dan melompat ke
tempat tidurku.
“ITAAAAAAAI!!!!!!!!!!!!!!!”
Entah mengapa saat merebahkan
tubuhku ke tempat tidur dengan posisi tengkurap, rasanya tubuhku sakit sekali. Aku mengecek
kasurku, takut ada suatu benda yang tidak diinginkan tergeletak bebas disana, tapi sepertinya tidak ada. Aku
mengelus perutku.
“ITTEEEEEEE…”
Ternyata rasa sakit itu emang berasal dari perutku. Aku bangkit lalu
berjalan menuju cermin yang ada di depan tempat tidurku. Aku mengecek
bayanganku di cermin dan ternyata di dekat mataku sudah ada bekas kebiruan yang memanjang. Aku menyentuh untuk mengecek,
siapa tahu itu noda yang ga sengaja nempel di muka kerenku.
“ITTAI!”
Sial! Sakit banget! Ternyata memang
ini luka memar! Ternyata memang gadis itu melemparkan sumpit kearahku sampe
terbelah dua seperti itu. Akupun mengecek perutku yang sebelumnya terasa sakit.
Aku membuka sedikit kaosku, dan terpantul lah bayangan perut yang sekseeeh dengan noda biru yang cukup
lebar. Gila!
-To be Continued-
A/N
Sekian CHAPTER 4~~!!
Bagaimana pendapat kalian? Kalau ada salah kata-kata, atau ada yang ingin dikomentari, tinggalkan saja komentar disini ^w^
Kami sangat menerima keritikan dan salan membangun kalian... :3
Anyway, kami akan memasuki musim UTS... Mungkin update akan sedikit lelet karena itu... orz
Mohon doanya agar UTS kami lancar yah minna-sama X3
sip! chapter ini sukses bikin ane ngakak~ amg kasian banget Shion disiksa Nicchi... tapi ane juga pingin liat tuh fotonya Oguro-sensei topless =w= fufufufu~ last words dari ane, more update please~!
BalasHapussaya juga mau kok liat foto topless para sensei itu.... >///>
Hapusminggu ini agak telat kemungkinan, soalnya lagi minggu UTS... harap sabar yah... :'D