Jangan ragu untuk meninggalkan komentar...
Karena saran, masukan, dan berbagai celotehan kalian, sangat berarti untuk kami...

Minggu, 20 Oktober 2013

Chapter 04

**Normal POV**

Saat itu matahari belum terbit. Seorang laki-laki dengan tidak nyamannya berguling ke kanan dan kiri di tempat tidurnya, sangat terlihat jelas bahwa dia sedang mendapat mimpi buruk.

“Uuh... ampun... ampun... tidak... TIDAAAAAK!”


AU, OC, OOC (semoga nggak terlalu)
disclaimer : SEVENTH HEAVEN adalah milik rejet
T+

**Shion POV**

Aku keluar dari kamar mandi dan masuk ke kamarku lagi. Sial, kenapa harus mimpi si baka sensei itu!? Apa gara-gara kemarin aku jadi mangsanya dia? Uh! Flashdisk milikku masih ada di dia pula! Bagaimana bisa memintanya kembali? Hampir semua koleksi aku ada disana!

Setelah memakai seragam, aku membawa tas sekolahku turun ke bawah untuk sarapan. Ayahku sudah dengan asiknya nonton berita sambil membetulkan letak dasinya, dan ibuku sedang menyeduh kopi hitam untuk ayahku. Aku menarik kursi dan mulai memakan roti isi daging yang telah dibuatkan ibuku.

Keluargaku adalah tipe keluarga yang rela bangun lebih pagi agar bisa menikati waktu sarapan bersama, harmonis bukan? Ayah dan Ibu ku tipe pasangan yang selalu bermesra-an dimana saja mereka bisa, terkadang aku yang anak mereka saja merasa menjadi pihak ke-3 disini.

Saat aku baru akan menggigit roti di hadapanku, tiba-tiba...

“Shion-kuuuun... main yuuuuuk...”

Sontak aku dan ayahku berhenti bergerak. Suara itu...

“Shion-kun, sepertinya kamu sudah dijemput, bawa saja rotinya...” ujar ibuku sambil menuangkan kopi ke gelas ayahku. “Kasihan kalau Tsurara-chan menunggu lama-lama...”

Aku melihat jam dan... HEI! INI MASIH JAM ENAM PAGI!!

“Tapi... masih jam segini...” Ujarku malas sambil mengigit roti isi dagingku lagi. “Dia pasti senang  dibiarkan menunggu dingin-dinginan diluar...”

“Shion-kuun... main yuuuuuuk....” Tsurara-chan berteriak lagi dari luar.

Hush! Shion! Dia itu temanmu kan? Berangkat sana! Biasanya kalau kamu tidak berangkat bareng Tsurara, kamu telat terus kan?” Ayahku mengomel asal-asalan.

“Iya... iya...” Aku meneguk segelas susu yang masih dingin kulkas itu. Kemudian mengambil sisa roti dan tas sekolahku, lalu melesat keluar. “Ittekimasu...”

Itterashai...” Ujar kedua orangtuaku barengan.

Aku keluar rumah dan mendapati Tsurara-chan yang menyender di pagar rumahku sambil menyeruput sekotak susu, ditelinganya sudah terpasang earphone terkasihnya.

“Shion-kuuuuun... main yuuuuuuk...”

Astaga, orang ini tidak sadar kalau aku sudah keluar? Niat jahatku muncul, aku membuka kunci pagar diam-diam, lalu membuka pagar dengan tiba-tiba. Tsurara-chan yang tidak sempat berpegangan, jatuh dengan nistanya.

“KYAAAAH!”

BRUKK PLAKK

“AAAAAAH!” Aku berteriak ketika roti isiku juga terjatuh gara-gara tersenggol tangan Tsurara-chan.

Ittai...” Tsurara-chan memegangi pinggangnya kesakitan.

“Oi! Baka! Roti isi aku jatoh nih!” Aku mencercanya sambil menunjuk roti isi dagingku yang sudah tergeletak dengan nistanya di rumput.

Tsurara-chan malah menatapku kesal. Eh? Pansunya kelihatan. Putih.

“Salahmu yang mulai duluan!” Dia berdiri dan menepuk-nepuk roknya untuk membersihkannya dari debu.

Baka, enak saja... kalau kamu tidak datang sepagi ini dan membuatku berangkat awal, ini tidak akan terjadi tahu...” Ujarku membela diri. “Ayo, berangkat sekarang! Nanti di sekolah belikan aku yakisoba pan lho!”

“ENAK SAJA!” Tsurara-chan melempar kotak susunya yang kosong ke arahku.

“Oi!”

Yak, perempuan bermodel rambut twintails tanggung ini merupakan teman kecilku. Kami memang sudah tetanggaan dari semenjak orangtua Tsurara-chan pindah ke daerah ini, mereka pindah saat kami belum lahir. Kata ibuku begitu. Dari dulu kami sering berangkat sekolah bareng, kecuali waktu SMP, karena kami beda sekolah. Saat kami memasuki SD, entah kenapa Tsurara-chan sering sekali dibully. Saat itu selalu aku yang menolongnya, kasihan juga kalau dipikir-pikir.

Bayangkan saja, dia selalu menanggung tugas piket teman sekelas, selalu menjadi tumbal kalau guru meminta tolong, bahkan tisak jarang beberapa anak meminta dia mengerjakan tugasnya. Well, akibatnya sekarang dia menjadi do-M begini.

Tidak terasa aku sudah sampai di sekolah. Benar saja, sekolah masih sepi seperti ini. Aku melihat jam besar yang ada di depan gedung sekolah, jarum jam masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh. Masih banyak waktu menunggu bel masuk berbunyi.

Sekolah kami memulai jam pelajaran pukul 8 pagi. Ah, sial sekali mengikuti waktu anak ini ke sekolah, seharusnya tadi aku masih bisa bersantai di rumah.

Nee, nee... Shion-kun~ kenapa wajahmu kusut begitu?” Dia bertanya dengan senyum polosnya.

“Ah, baka! Ini semua karena ulahmu. Lihatkan sekolah masih belum ada penghuninya begini...”

“Hahahaha, gomenne. Tapi jalan pagi-pagi ke sekolah seperti ini bukannya menyenangkan yah? Udaranya terasa lebih segar dibanding berangkat lebih siang seperti biasanya...”

“Yah, terserah kau sajalah.” Aku memutar mataku, entah mengapa aku mau saja ikut berangkat bersama dia pagi ini.

Nee Shion-kun, kurasa sebelum kita datang sudah ada orang lain yang sampai duluan...” dia kembali bicara dengan wajah polosnya.

“Yang sampai duluan? Siapa? Penjaga sekolah?” aku menjawab seadanya.

Entah mengapa tiba-tiba tersirat di pikiranku soal guru kehijauan itu. Entah kalau dia mungkin saja sudah datang duluan ke sekolah. Habisnya kalau murid sih, kurasa tidak ada yang lebih do-M dibanding Tsurara-chan, mana mungkin rela ke sekolah satu setengah jam sebelum jam masuk? Bahkan kalau bisa, datang ke sekolah bertepatan dengan bell masuk berbunyi.

“Tsuracchi~~”

Suara itu berasal dari lantai 3 gedung utama sekolah. Aku mengecek asal sumber suara itu dan mendapatkan sosok gadis dengan potongan rambut pendek yang melambai-lambaikan tangannya ke arah kami.

Aku mengenali gadis itu, dia adalah Yukimura Niwako teman dekat Tsurara-chan. Reputasinya di sekolah ini cukup baik, bahkan banyak dari teman-temanku yang menanyakan dia padaku. Aku berpikir sejenak, kira-kira apa yang membuatnya menarik begitu? Memang sih wajahnya lumayan kawaii, tapi badannya pendek begitu... rata lagi! Aku tidak mengerti kenapa wabah loli semakin menjamur sekarang ini? Kalau aku... lebih suka oppai daripada chibi pettan seperti itu.

“Shion-kun... kenapa kau mimisan?” Suara Tsurara-chan mengaketkan ku.

“Ah?” Aku memegang hidungku. “ AREEEEEE??!!!!!!!!!!!!!!

“Ini pakai ini!” Tsurara-chan memberikan sapu tangan bermotif polkadot kepadaku. Eh? Sejak kapan dia suka motif seperti ini? “Kau tidak apa-apa Shion-kun? Lebih baik kau ke UKS sekarang...”

“A... aku tidak apa-apa.” Aku berkata sambil mengelap mimisanku. Ini reaksi yang biasa keluar saat pikiranku mulai berpikir aneh-aneh. Tidak mungkin aku ke UKS hanya gara-gara pikiran liarku kan? Lagipula petugas kesehatan pasti belum ada yang datang jam segini. “Aku lebih baik bergegas ke kelasku saja, jaa ne Tsurara-chan.”

Aku pergi meninggalkan temanku itu, sebelumnya aku mengalihkan pandanganku ke atas dan mendapati Yukimura sedang memegang suatu benda kotak dan diarahkan kepadaku. Entah apa yang dia pegang itu.


Aku sampai di kelasku, dan benar saja kelasku masih sepi begini. Aku beranjak menuju bangku-ku yang berada di posisi pojok belakang dan dekat dengan jendela, kursi orang penting. Syukurlah mimisan-ku sudah berhenti. Aku benci dengan hidung sensitifku ini, bisa saja mimisan disaat seperti itu. Hanya gara-gara memikirkan soal oppai saja sudah seperti itu, hidungku ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi sepertinya. Reputasiku sebagai Ero Prince di sekolah ini hampir saja sempurna, kalau saja julukan God of Nosebleed tidak disandingkan juga kepada diriku.

Bosan melamun seperti ini, aku mengambil inisiatif untuk mengecek handphone ku. Daripada diam disini, lebih baik aku browsing sebentar mencari gambar yang “bagus” di handphone ku. Setidaknya ini bisa mengurangi rasa kesepianku semenjak flashdisk-ku menghilang. Padahal disana banyak foto para siswi sekolah ini yang susah payah aku dapatkan, bahkan disana ada foto yang aku ambil dari ruang ganti putri. Menyebalkan~~ kenapa baka sensei itu tidak memberikan flashdisk ku setelah menghukumku seperti itu??!!

Satu persatu teman ku ternyata sudah datang, aku mengecek jam yang ada di handphone ku, dan ternyata sudah pukul setengah 8. Waktu cepat juga berlalu. Aku mengecek beberapa foto hasil download ku dan ternyata sudah cukup banyak, lumayan untuk bahan pelepas sedih gara-gara flashdisk ku masih ditawan.

“Akamatsu!” Salah satu teman laki-laki ku mendekat dan mengambil kursi di sebelahku. Wajahnya sukebe sekali. “Bagaimana? Sudah dapat foto pesananku belum?” dia berbisik.

“Um, fotonya Muratani dari kelas 3-1? Itu sih sudah ada. Hanya saja... ” aku menjawabnya ragu-ragu.

“Mana sini, aku mau lihat!”

“Etto... masalahnya adalah flashdisk tempat aku menyimpan fotonya ditawan oleh Myou-sensei...”

“He??!!! Flashdisk mu ditawan Myou-sensei??!! Gawat sekali! Kenapa bisa sampai seperti itu?!” Temanku yang memiliki wajah sukebe ini tersentak, hingga membuat beberapa siswa yang ada di kelasku ikut tertarik menyimak dan mengerubuti ku.

“He? Yang benar Akamatsu?!!”

“Kok bisa?!!”

“Oh tidak! aku belum minta semua koleksi foto Yukimura!”

Tidak disangka murid seklasku sudah mengerubutiku. Kelasku, 2-4 adalah kelas yang memiliki mayoritas murid laki-laki di kelasnya. Murid wanita di kelas ini hanya 4 orang, dan mereka biasanya memilih untuk berada di kelas hanya saat jam pelajaran saja. Mungkin mereka takut kepada penghuni kelas ini, semuanya memiliki tampang sukebe.

Bahkan sebagian besar kelas kami adalah JONES yang entah kapan bakal memiliki kekasih, kalau melihat cewek bening sedikit main ke kelas, langsung wajahnya berubah seperti ikan yang megap-megap mencari oksigen.

Tentu saja aku yang keren ini tidak masuk ke dalam hitungan. Para perempuan di sekolah ini sangat mengagumi ketampananku, hanya saja… tidak ada satupun dari mereka yang berani mengungkapkan itu langsung padaku. Mungkin karena aku terlalu keren? Yah, setidaknya itu yang dari dulu aku yakini.

“Lalu bagaimana ini Akamatsu? Bahan kita berkurang dong?!!”

“Tenang... tenang... aku sudah mencetak beberapa foto yang ada di flashdisk ku.”

“Hee?!! Yang benar??!!” mereka bertanya berbarengan.

“Iya, nanti saja kita transaksinya, sekarang sudah mau masuk.” Aku menjawab dengan berusaha sekeren mungkin. Aku tahu mereka tidak akan bisa hidup tanpa asupan nutrisi(?) dariku.

“SASUGA ERO-SAMA!!” seluruh murid yang disana menjawab berbarengan lagi sambil meninju udara ke atas.

“Kalian ingin transaksi apa?”

Eh? suara itu muncul dari belakang rombongan massa kelas. Entah mengapa aku memiliki firasat buruk.

“E...etto... Aku bisa jelaskan kok... Brown-sensei...” Sepertinya mata pelajaran matematika kali ini akan berjalan sangat panjaaaaaang.


TENG TENG TENG

Yosh! Akhirnya istirahat juga! Aku lapaaaar! Ini semua gara-gara Tsurara-chan menjatuhkan sarapanku, aku jadi tidak bisa konsentrasi belajar, jadi tadi aku dimarahin Brown-sensei itu semua salah Tsurara-chan! Aku tidak membawa bento juga gara-gara Tsurara-chan menyuruh aku berangkat pagi! Ibuku pasti tidak sempat menyiapkan bento untukku... atau... memang tadi tidak dibuatkan ya?

Aku pergi keluar kelas dan langsung berjalan ke arah kelas Tsurara-chan, aku akan menyabotase bento nya kali ini. Awas saja. Lagipula ini semua salahnya.

Tepat ketika aku baru akan masuk, aku melihat Tsurara-chan keluar dari kelas sambil membawa buku yang cukup banyak dari pintu yang satunya. Aku langsung mengejarnya.

“Tsurara-chaaan!”

Dia masih berjalan lurus. Sial, pasti anak itu sedang mendengarkan drama cd lagi! Aku langsung menarik earphone itu dari telinganya.

“Ah!” Sontak Tsurara-chan langsung menoleh kaget ke arahku. “Shion-kun! Ngapain sih? Tidak lihat kalau aku lagi sibuk?” Jawabnya bete, sepertinya bete gara-gara earphone nya dilepas dan tidak bisa memasang earphone nya ke telinga dia lagi, karena tangannya penuh dengan buku.

“Habisnya, kamu aku panggil tidak sadar...”

Tsurara-chan menatapku sinis, kemudian berjalan meninggalkanku, aku mengejarnya lagi.

“Tidak makan?” Aku bertanya demi perutku.

“Nanti saja, habis membawa ini buku anak-anak kelas ke ruang guru.”

Entah kenapa meihat Tsurara-chan yang membawa buku anak-anak sekelasnya itu, aku tidak kasihan. Lagipula kalau dibantu, dia pasti semakin ngamuk.

“Kamu tuh ya, kenapa betah banget jadi do-M begini sih?”

“Jadi do-M banyak untungnya tahu...” Tsurara-chan mulai tersenyum mistik. “Aku jadi tahan dalam menghadapi semua cobaan dan tekanan... bagus kan? Jadi jarang stress? Fufufufu...” Ujarnya dengan nada bangga.

Keluar juga ekspresi aslinya, kalau sudah membiicarakan yang begini, pasti wajahnya langsung berubah. Yang tadinya dia memasang ekspresi cool dan normal, mendadak jadi mistik.

“Ya do-M sih do-M... tapi jangan mau dimanfaatin temen sekelas juga lah...”

“Aku tidak dimanfaatkan, aku yang mau kok...” Dia tersenyum mistik lagi.

“Dasar baka do-M!” Aku menjitak kepalanya dengan agak keras, habis aku lapar.

Bullying merupakan tindakan yang dilarang keras di sekolah ini.” Suara itu berasal dari belakang kami... dan rasanya aku kenal...

Kami menengok ke arah belakang, dan benar saja! Ternyata si guru kehijauan itu! Dia menatapku dengan senyuman yang mengerikan, ini gawat...

“Ah... sensei... ano... itu... tadi ada nyamuk di kepalanya, jadi aku tepuk...” Ujarku ngasal.

“Begitu... sepertinya nyamuk itu bisa meminum darah dari kulit kepala yang tertutup rambut ya? Fufufu...” Guru hijau itu sepertinya sedang mencari-cari kesalahanku lagi, gawat.

Sensei, tidak apa-apa kok! Tadi memang sepertinya ada nyamuk... aku memintanya menepuk nyamuk itu karena tanganku penuh...” Tsurara-chan tiba-tiba membelaku, ah... tumben sekali.

“Begitu? Baiklah...” Guru kehijauan itu beralih kepadaku. “Lalu kamu, akatama-kun, apa kamu masih berminat untuk memiliki flashdisk milikmu?” Tanyanya sambil menatapku dengan tatapan merendahkan.

“Tentu saja sensei!” Aku memberanikan diriku untuk menjawab, masa’ Shion-sama ini tidak bisa melawan guru hijau nista macam dia??

“Kalau begitu, kau kerjakan semua soal di buku tugas dari BAB I sampai ke BAB III. Besok kelas 2-4 ada jam pelajaran kimia pada jam terakhir kan? Berikan padaku saat itu...”

YANG BENAR SAJA! bahkan buku tugas itu belum kukeluarkan lagi dari lemari sejak pertama mendapatkannya!

“Bagaimana jawabanmu? Akatama-kun?” Tatapan guru kehijauan itu mendadak langsung terasa mengerikan.

“Baik... sensei...” Aku mengangguk pelan. Oke, karena Shion-sama ini belum makan... jadi wajar kalau tidak bisa protes.

“Fufufufu... jawaban yang bagus...” Guru kehijauan itu kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan.

Eh? Itu seperti sapu tangan yang biasa digunakan Tsurara-chan.

“Ini, kukembalikan... terimakasih ya... kau murid dari Mint bukan? siapa namamu?” Tanya guru kehijauan itu pada Tsurara-chan sambil tersenyum.

EEEH???? Jadi itu saputangan milik Tsurara-chan?? Apa ini? Ada apa ini? Apa yang terjadi diantara mereka??? Saputangan... saputangan itu fungsinya untuk mengelap... Tunggu, aku harus menghentikan pikiran sukebe ku ini, keadaan bisa lebih parah kalau aku tiba-tiba mimisan disini.

“Mu...murasaki Tsurara... to moushimasu...” Tsurara-chan menjawab sambil menghindari tatapan dari guru kehijauan itu, tapi jelas sekali kalau dia sedang menahan senyuman mistiknya itu.

“Murasaki Tsurara ya...” Guru kehijauan itu sepertinya baru menyadari kalau Tsurara-chan tangannya penuh dan tidak bisa mengambil sapu tangan yang disodorkan itu.

Dia meletakkan sapu tangan itu di kepala Tsurara-chan, lalu menunduk untuk menatap lurus Tsurara-chan. HEI HEI! APA INI???

“Sapu tangan milikmu, sudah kucuci...” Ujar guru kehijauan itu sambil tersenyum dengan seramnya.

Aku bisa melihat wajah Tsurara-chan yang mendadak blushing. Kemudian, guru kehijauan itu pergi meninggalkan kami.

“TSURARA-CHAAAAN... CERITAAAA!!” Aku langsung memegang kedua bahunya dan berteriak dengan tidak santai.

“Hah? Cerita apaan? Hehe...” Anak ini, sepertinya otaknya langsung konslet.

Aku mengambil sapu tangan di kepala Tsurara-chan, dan langsung mengendusnya hati-hati. Hm... sudah wangi pelembut. Sial, aku jadi tidak tahu sapu tangan ini digunakan untuk apa.

“Itu... sudah dicuci beneran ya?” Tsurara-chan bertanya padaku, wajahnya terlihat kecewa.

“Iya, sudah wangi begini...” Aku menempelkan sapu tangan itu ke wajah Tsurara-chan, lalu menaruhnya di atas buku-buku yang dia bawa. “Terus... kenapa sapu tangan punya kamu ada di Myou-sensei?”

Tsurara-chan menceritakan insiden yang terjadi kemarin, aku juga menceritakan insiden yang kualami kemarin di lab. Dia mentertawakanku, sial.

Setelah sampai di ruang guru, Tsurara-chan masuk untuk menaruh buku-buku itu. Aku menunggu diluar, malas banget kalau harus mendapat tatapan sinis dari guru-guru didalam.

Tunggu dulu. Aku kan nyamperin dia untuk menyabotase bento nya dia? Kenapa aku malah ikut dia ke ruang guru begini?

Yosh~! Kelar~!” Tsurara-chan melakukan scretching begitu dia keluar dari ruang guru, dan menghampiriku. “Yuk ke kantin!”

“Hah? Kamu nggak bawa bento?” Tanyaku.

“Bawa kok... kamu pasti belum makan kan? Mau aku traktir makan nggak?” Tsurara-chan bertanya dengan polosnya.

“Beneran?” Aku bertanya dengan tidak percaya, kesambet apa dia?

“Yah, habisnya... kamu tidak mungkin mendatangi aku kalau tidak ada maunya kan?” Tsurara-chan berkata dengan nada merendahkan.

Sebenarnya aku terharu dengan kata-katanya, tapi nada bicaranya menyebalkan. Aku bersyukur perasaan yang muncul saat itu hanya sekedar cinta monyet.


Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam lalu, tetapi aku masih terjebak di sekolah ini. Hari ini aku ada perkumpulan bersama murid-murid JONES. Biasanya dalam rapat kami, kami memberikan peringkat gadis sesuai tema yang kita bicarakan pada saat itu. Tentu saja para JONES tersebut tidak akan memberikan peringkat seenak mereka sebelum meminta persetujuanku dariku terlebih dahulu.

Hanya saja pertemuan kali ini aku percepat karena aku harus memikirkan nasib tugas kimia ku, jadi kami tidak memeberikan peringkat untuk para sisiwi di sekolah ini. Lagi pula sekarang aku tidak minat melanjutkan rapat lebih lama, entah mengapa isi di otakku semuanya hijau.

Aku segera membereskan barang-barangku dan secepat mungkin meninggalkan ruang rapat. Sialan Myou-sensei, dia bisa saja merusak mood seseorang dengan meninggalkan bayang-bayang wajahnya dan cengiran absurnya di otak briliant ku.

 “HAH?! JAWABAN MACAM APA INI?!!!”

Eh, suara siapa itu? Kenapa terdengar seperti suara sensei yang memarahi muridnya? Bukannya sekarang udah waktunya pulang yah? Sial banget pasti murid itu, masih dimarahin saat sudah jam pulang sekolah begini.

Ah, aku penasaran siapa murid sial itu. Akupun mengambil inisiatif mengintip sedikit ke ruangan asal suara itu terdengar. Kelas 2-3? Kelasnya Tsurara-chan kan?

“KAU TIDAK MEMPERHATIKAN PENJELASAN KU SEBELUMNYA? AKU BARU SAJA MENJELASKAN SOAL YANG SAMA PERSIS DENGAN SOAL  INI!”

Go... gomennasai...

“COBA CEK CATATANMU!”

Ternyata itu suaranya Brown-sensei, dan murid yang sedang dimarahi adalah Kihorazu Ranze. Jadi dia hanya sendirian disini mengikuti kelas tambahan? Untung aku masuk kelas 2-4 kalau tidak, nasib ku bisa sama sengan Kihorazu.

Ngomong-ngomong Brown-sensei itu mengerikan sekali kalau sudah marah. Jadi ingat kejadian penyitaan flashdisk ku saat Brown-sensei memarahi Myou-sensei. Sial banget aku terjebak dalam pertengakaran seperti itu.

“SIAPA YANG SURUH KAU TIDUR HAH?!!”

Ah kasihan, sepertinya Kihorazu tidak akan pulang dengan mudah hari ini. Lebih baik aku pulang saja, daripada nanti aku juga dipaksa sama Brown-sensei untuk ikut Kihorazu di kelas tambahan mengerikan tersebut.

Lagipula masalah dengan Myou-sensei saja sudah cukup. Cukup Kihorazu saja yang jadi murid kesayangannya Brown-sensei. Jangan sampe aku ketularan. Amin.


Akhirnya aku sampai di rumah dan segera menuju kamarku untuk mengganti pakaianku dengan kaos dan celana yang paling adem. Entah mengapa rasanya panas banget, mungkin musim semi sudah mau berakhir ya? Perutku sudah lapar lagi, dan orangtuaku masih belum menampakan keberadaannya.

Ah, membosankan!

Aku memilih untuk menyalakan PC di kamarku, dan mulai browsing gambar dan video yang ‘bagus’. Sial, aku harus mendownload lagi data-data pentingku gara-gara flashdisk kesayanganku disita.

Flashdisk... AAAARRGHH! Kimia... tugas... siapa yang kira-kira sudah mengerjakannya ya?

Aku melihat ke luar jendela kamarku dan melihat dinding tetanggaku, lebih tepatnya dinding rumah Tsurara-chan.

. . .

AH! IYA JUGA! Dia pasti sudah selesai mengerjakannya! Dia sih, pasti semua soal di buku tugas sudah diselesaikan walau belum disuruh para sensei. Biasa, dia itu tipe sakit-sakit dulu senang-senang kemudian. Ah, maksudku do-M. Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang macam dia. Setidaknya dia teman yang bisa diandalkan pada saat begini.

Tanpa pikir panjang aku langsung melesat ke rumah Tsurara-chan. Alhasil, sampailah aku di depan rumah Tsurara-chan. Aku asal membuka pintu pagar dan masuk ke dalam. Aku sudah biasa melakukan ini. Paman dan Bibi juga udah biasa melihat kelakuanku yang seperti ini.

Ojamashimaaaasu...” Teriakku.

Hmm... wangi kroket... sepertinya aku bisa mendapat rejeki nih. Aku langsung nyelonong ke dapur.  Ternyata ibunya Tsurara-chan sedang menggoreng kroket. Setelah menyapa dan basa-basi sedikit, aku diberikan juga kroketnya.

“Tumben datang kesini? Tidak mungkin hanya untuk minta kroket saja kan?” bibi bertanya sambil membalik kroket di penggorengannya.

“Ini... mau... minta diajarin kimia... hehehehe... aku menjawab sekenanya. Memang itu sih alasan awal aku ke sini. “Bibi, itu masaknya banyak banget, mau ada acara?” Tanyaku.

“Ah tidak, Tsurara-chan membawa teman. Sekarang lagi di kamarnya. Namanya Yukimura kalau tidak salah... Shion-kun kenal juga?

Yukimura? Si chibi itu? Buat apa dia ke rumah Tsurara-chan?

“Oke deh, aku keatas dulu, makasih kroketnya ya!”

Aku langsung lari ke lantai atas, tempat kamarnya Tsurara-chan. Hm... aku penasaran mereka sedang apa. Aku menempelkan telingaku ke pintu kamar Tsurara-chan.

“Lagi! Lagi!” Itu seperti suaranya Tsurara-chan.

“Sabar sih! Nih...” Yang itu baru suaranya Yukimura.

“Kyaaa~~!”

Ini... mencurigakan... aku penasaran mereka sedang apa... pintunya dikunci tidak ya?

“Nanti aku kasih lagi! Tapi minta minum dulu! Hauuuus!”

Itu Yukimura teriak besar sekali. Eh? Jangan-jangan mereka akan keluar? Aku langsung bersembunyi cepat-cepat dibelakang lemari pajangan. Benar saja, Tsurara-chan keluar, tapi dia keluar  sendiri tanpa menutup pintunya.

Berarti Yukimura masih di dalam? Aku mengintip dari luar, Yukimura membelakangi arahku. Dia terlihat sedang memegangi beberapa foto sambil tertawa kecil.

Dengan hati-hati, aku masuk ke dalam kamar. Niatku nggak buruk kok! Aku hanya ingin tahu tadi mereka sedang apa.

Diam-diam aku mengintip dan melihat foto-foto yang dia pegang. Tunggu... itu kan seperti... Oguro-sensei... tapi...

“KENAPA TOPLESS???!” Teriakku kelepasan.

“KYAAAAAA!!!” dia ikut teriak.

Yukimura dengan cepat dan sigap membereskan dan menyembunyikan semua foto-foto yang berserakan itu.

“Ka... kau!! Kenapa kau ada di sini hah?!!” dia menjawabku, atau lebih tepatnya membalikan petanyaanku.

“Heh? Kenapa aku disini? Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau disini? Baka!” Aku menjawab pertanyaannya. “Hei. Kau belum menjawab pertanyaanku! Itu tadi Oguro-sensei kan? Kenapa topless begitu?”

“Bu... bukan! Kau salah lihat!” Dia menjawab sambil membalikan wajahnya. Aku tahu pasti dia bohong.  “La... Lagipula memang apa salahnya kalau topless begitu?”

“Tentu saja salah! Kau dapat foto begitu dari mana? Jangan bilang...”

“A... apa?” Dia membalikan pertanyaanku. Berarti dia menantang analisa ku, eh?

“Kau itu mengoleksi semua foto cowok di sekolah kan? Pasti diantara koleksimu yang paling berharga itu adalah foto diriku! Pasti kau juga menyimpan fotoku saat topless, atau jangan-jangan kau juga menyimpan fotoku saat full na-

BUAAAKK

“......” aku tidak bisa berkata-kata lagi.

Astaga tadi siapa yang menonjok perutku? Rasanya tadi seperti baru saja diserang oleh om-om berewokan tukang jagal sapi (?). Saking sakitnya, aku tidak bisa menggerakan tubuhku, dan hanya bisa terkapar di depan pintu kamar Tsurara-chan dengan posisi tidak elit.

“Kau terlalu banyak bicara Akamatsu-kun. Terlalu banyak.” Dia angkat bicara. Wajahnya sekarang terlihat sangat menakutkan, dengan aura hitam di sekelilingnya. Ko... kowaii...

“Nicchi~~ aku bawakan minumannya...” Aku mendengar Tsurara-chan. Akhirnya dia datang juga. Tsurara-chan... tatsukette... “Ara? Shion-kun? Kenapa kau ada di sini?”

“Dia tadi masuk secara tiba-tiba, Nicchi kira dia maling. Jadi Nicchi pukul saja dia.”

Gadis om-om itu menjelaskan kejadian yang HANYA ADA di imajinasinya kepada Tsurara-chan dengan wajah yang tenang tanpa dosa. Tsurara-chan... temanmu itu orang macam apa sih?

Seandainya aku bisa bicara. Sial, perutku sakit sekali.

“Shion-kun? Kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat. Fufufufu...” Tsurara-chan akhirnya menyadarinya.

A... apa-apaan ketawanya itu?!!!

“Tsuracchi, mungkin dia lelah. Yasudah biarkanlah dia terkapar disitu.” Ucap gadis menakutkan itu dengan senyuman yang terlihat sangat polos.

“Ba... baiklah...” Tsurara-chan melangkahi tubuhku begitu saja dan memberikan minuman yang dipesan oleh gadis menakutkan itu. “Kalau sudah tidak haus lagi, kita ke bawah yuk. Ibuku sudah menyiapkan makanan.”

“Eh? Beneran?!! Baiklah, tunggu sebentar!!” Wajahnya sekarang berubah menjadi super bahagia  sambil meneguk jus yang dibawakan Tsurara-chan dengan lahap dan sehat.

Mereka berdua, apakah mereka melupakan keberadaanku yang keren ini di depan mereka?


ITADAKIMAAAASU!!!

Aku melahap makanan yang ada di hadapanku. Makanan buatan Bibi memang enak, apalagi perutku sangat lapar saat ini. Aku mengambil dengan semangat kroket yang diletakan di tengah-tengah meja makan.

Tidak sopan? Biarin! Aku sudah biasa melakukan hal ini dari kecil, orang tua Tsurara-chan sudah terbiasa melihat kebiasaanku ini, orang tuaku juga sudah biasa menghadapi sikap Tsurara-chan yang pasrahan itu. Errr… do-M maksudku.

“Seperti biasa yah Shion-kun makannya lahap sekali. Seandainya Tsurara-chan juga bisa sepertimu. Dia itu mau apa-apa sepertinya pasrah melulu. Hahahaha

Bibi bicara hal tersebut sambil tertawa. Ketauhilah Bibi, anakmu itu bukan pasrah melakukan sesuatu. Dia itu senang kalau harus ditindas oleh orang lain. Anakmu itu do-M!

“Bibi, makanannya enak sekali!” Suara itu berasal dari sebelah Tsurara-chan.

Oh iya, aku lupa kalau kita kedatangan tamu seorang lagi.

“Betulkah? Kalau begitu makanlah jangan malu-malu Yukimura-chan.”

“Panggil Nicchi saja Bibi. Ngomong-ngomong aku akan menghabiskan semuanya kalau diperbolehkan begini. Hehehe...”

“E... enak saja! Kau kira ini makanan buatmu saja hah? Dasar monster!”

CTAAAAK

“AWWWWW!!!!” Aku memegangi pelipis mataku. Gila, apa tadi yang melayang di depan wajahku hah?!!! Sumpit gitu? Astaga di bawah kakiku sudah ada sebuah sumpit kayu yang terbelah 2.

“Shion-kun kamu gapapa?” Tsurara-chan bertanya sambil melahap kroket yang dipegangnya.

“Ngomong-ngomong sejak kapan Bibi bertetangga dengan keluarga Akamatsu? Sepertinya Tsuracchi dekat sekali dengan Akamatsu-kun...” gadis itu seperti tidak terjadi apa-apa, memulai topik pembicaraan yang baru. “Atau mungkin Akamatsu-kun dan Tsuracchi itu dijodohin yah dari kecil?”

“ENAK SAJA!!!” Aku dan Tsurara-chan membantah itu berbarengan.

Lagipula aku mana mau dengan do-M macam dia, lagi pula dia tidak ber-oppai. Okay, walau tidak se-pettan si Yukimura ini sih.

“Dijodohkan yah? Sayangnya tidak. Hahahaha...” bibi kembali tertawa. Syukurlah dia juga bilang tidak. “Tapi Bibi jadi teringat saat kejadian Tsurara-chan dan Shion-kun kelas 1 SD...”

Heh? Kejadian kelas 1 SD... Ja... jangan bilang Bibi mau menceritakan soal...

“Bibi masih ingat waktu itu saat jam pulang sekolah, tidak seperti biasanya Tsurara-chan pulang kerumah dengan menangis.”

“I... ibu... sudah ah... i... itu memalukan...” Tsurara-chan berusaha untuk menghentikan ibunya, tapi kenapa wajahnya tersenyum nista seperti itu?

“Hahahaha, namannya juga anak SD, jadi tidak apa-apa... Iya kan, Shion-kun?”

“.....” aku tidak bisa menjawab, gadis monster itu mempelototiku dari jauh. Aku tidak ingin mendapat serangan susulan.

“Jadi karena Bibi penasaran, bibi tanya saja dia kenapa...” dia melanjutkan cerianya. Rasanya saat itu aku ingin sekali pergi dari ruangan ini, meninggalkan kroket-kroket ini begitu saja. “Tsurara menjawab ‘Shion-kun menyuruh Tsurara menjadi istrinya dan punya anak, tapi Tsurara takut sama rambut merahnya Shion-kun. Jadi Tsurara bilang tidak mau. Eh, Shion-kun malah mengatai Tsurara jelek. Ibuuuu, Shion-kun jahaaaaaaaat’ dan Tsurara-chan masih tetap menangis dengan derasnya saat itu. Kalau diingat-ingat lucu sekali saat itu. Hahahahahahaha

Ruang makan hanya dipenuhi oleh suara tertawanya Bibi. Suasana entah mengapa menjadi sunyi seketika. Tsurara-chan dan gadis monster itu menatap aneh ke hadapanku.

“Ara? Apakah ceritaku tidak lucu?” Bibi akhirnya menghentikan tertawanya.

Dasar cabul.Ujar Yukimura.


Aku akhirnya kembali ke rumahku. Ternyata orang tuaku sudah kembali dari kantornya. Aku menuju kamarku, ini sudah menjadi kebiasaanku. Mereka pasti tahu kalau aku habis main ke rumah Tsurara-chan untuk meminta makan malam.

Ah, aku lupa minta bantuan Tsurara-chan soal tugas kimiaku! Sial! Gara-gara gadis menakutkan itu, semua rencanaku hancur berantakan. Lalu bagaimana nasib flashdisk ku? Aku sudah kekeringan gara-gara tidak ada bahan yang bisa aku nikmati. Sial!! Ayo Shion-sama! Kau orang yang cerdas, pasti ada cara mengatasi hal ini!

Aku melirik sedikit ke arah komputerku, aku memutuskan untuk menghidupkannya, siapa tahu aku bisa mendapatkan bahan untuk mengerjakan tugas-tugasku kan? Aku segera membuka browser di komputer-ku dan menghubungkan ke situs pencarian.

Ah... sepertinya sebelum mencari materi tugas, lebih baik cuci mata sedikit kan? Ini masih jam 8 malam, sejam mencari bahan agar otakku tidak kekeringan gara-gara diserap terus oleh sensei hijau itu tidak akan membuang waktu terlalu banyak, eh?

Aku melirik jam yang ada di dinding kamarku. Astaga! Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mau tidak mau harus segera tidur. Dari pada besok aku dihukum gara-gara terlamabat! Lalu bagaimana soal tugasku?!! Sial! Gara-gara download video HD jadinya waktuku terbuang banyak, waktu ditonton ternyata isinya “biasa” aja.

Sial! Ayo Shion-sama cari akal! Ah~ Kenapa nasib begitu hanya menimpa flashdisk ku yah? Kenapa tidak menyerang yang lain saja, padahal flashdisk ku itu isinya “dewa” banget, lagipula anak-anak satu sekolah akan kehabisan bahan kalau flashdisk ku hilang!

Aku membuka buku tugas kimia. Ternyata ada 20 halaman yang harus aku kerjakan, dan semuanya itu soal. Sial! Apa-apaan itu hah?!!! Kalau begini sih, mau si Aouji yang ngerjain-pun tidak akan bisa menyelesaikannya dalam satu malam.

Myou-sensei itu memberikan soal kelewatan amat ya?! Memangnya otakku ini otak berapa orang hah?!! Eh... tu...tunggu... otak berapa orang yah... ? Kalau dipikir-pikir flashdisk ku yang hilang itu kan bukan hanya aku saja yang merasa kehilangan, anak-anak cowok satu sekolah hampir semuanya juga merasa kehilangan.

Astaga! Kenapa aku tidak kepikiran meminta bantuan para JONES itu untuk ngerjainnya yah? Ah iya! Lebih baik aku menghubungi mereka semua!


Setelah menghubungi mereka semua, entah mengapa mataku seperti tidak bisa dipaksa untuk terbuka lagi. Ini sudah terlalu ngantuk. Sepertinya sudah waktuku untuk tidur. Aku segera mematikan komputerku dan membuang buku tugasku jauh-jauh lalu berlari dan melompat ke tempat tidurku.

ITAAAAAAAI!!!!!!!!!!!!!!!

Entah mengapa saat merebahkan tubuhku ke tempat tidur dengan posisi tengkurap, rasanya tubuhku sakit sekali. Aku mengecek kasurku, takut ada suatu benda yang tidak diinginkan tergeletak bebas disana, tapi sepertinya tidak ada. Aku mengelus perutku.

ITTEEEEEEE

Ternyata rasa sakit itu emang berasal dari perutku. Aku bangkit lalu berjalan menuju cermin yang ada di depan tempat tidurku. Aku mengecek bayanganku di cermin dan ternyata di dekat mataku sudah ada bekas kebiruan yang memanjang. Aku menyentuh untuk mengecek, siapa tahu itu noda yang ga sengaja nempel di muka kerenku.

ITTAI!

Sial! Sakit banget! Ternyata memang ini luka memar! Ternyata memang gadis itu melemparkan sumpit kearahku sampe terbelah dua seperti itu. Akupun mengecek perutku yang sebelumnya terasa sakit. Aku membuka sedikit kaosku, dan terpantul lah bayangan perut yang sekseeeh dengan noda biru yang cukup lebar. Gila!


-To be Continued-


A/N

Sekian CHAPTER 4~~!!
Bagaimana pendapat kalian? Kalau ada salah kata-kata, atau ada yang ingin dikomentari, tinggalkan saja komentar disini ^w^
Kami sangat menerima keritikan dan salan membangun kalian... :3
Anyway, kami akan memasuki musim UTS... Mungkin update akan sedikit lelet karena itu... orz
Mohon doanya agar UTS kami lancar yah minna-sama X3

2 komentar:

  1. sip! chapter ini sukses bikin ane ngakak~ amg kasian banget Shion disiksa Nicchi... tapi ane juga pingin liat tuh fotonya Oguro-sensei topless =w= fufufufu~ last words dari ane, more update please~!

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga mau kok liat foto topless para sensei itu.... >///>
      minggu ini agak telat kemungkinan, soalnya lagi minggu UTS... harap sabar yah... :'D

      Hapus